Jakarta – PSSI mengutuk keras insiden kontroversial yang terjadi dalam pertandingan sepakbola Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara. Wasit dan pelaku pemukulan terhadap pengadil lapangan menghadapi ancaman sanksi berat. Kejadian ini berlangsung pada laga antara Aceh dan Sulawesi Tengah di Stadion Dimurthala, Banda Aceh, Sabtu (14/9/2024).
Peristiwa beawal dari kepemimpinan wasit Eko Agus Sugih Harto yang dinilai tidak adil dan kontroversial. Beberapa keputusan wasit yang dipertanyakan termasuk tidak memberikan pelanggaran saat pemain Sulawesi Tengah ditendang kepalanya oleh pemain Aceh di kotak penalti. Selain itu, Sulawesi Tengah menerima dua kartu merah pada menit ke-75 dan 84.
Puncak kontroversi terjadi pada menit ke-90+6 ketika wasit memberikan penalti kepada Aceh meskipun jenis pelanggarannya terbilang ringan. Merasa diperlakukan tidak adil, pemain Sulawesi Tengah melayangkan pukulan ke wasit. Laga pun dihentikan karena ambulans dan tim medis datang untuk memberikan perawatan kepada wasit. Setelah beberapa menit, wasit bisa bangkit namun tidak dapat melanjutkan pertandingan sehingga digantikan oleh wasit lain.
Pertandingan dilanjutkan dengan pemain Sulawesi Tengah yang memukul wasit menerima kartu merah, sehingga Sulawesi Tengah bermain dengan 8 pemain. Pemain Aceh kemudian menendang penalti yang berhasil ditepis oleh kiper Sulawesi Tengah. Namun, wasit kembali memberikan penalti kepada Aceh karena handball, meskipun dalam tayangan ulang bola tidak mengenai tangan pemain Sulawesi Tengah dan hanya memantul ke anggota tubuh lainnya.
PSSI mengecam keras peristiwa ini dan menegaskan bahwa sanksi terberat mengancam pemain dan wasit yang terlibat. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menyatakan bahwa pihaknya akan melakukan investigasi mendalam dimulai dari kepemimpinan wasit yang dinilai penuh kejanggalan. Selain itu, reaksi yang sangat tidak sportif dari pemain juga dipastikan akan berbuah sanksi terberat.
Erick Thohir menegaskan bahwa sanksi larangan seumur hidup mengancam wasit dan pihak-pihak lain jika terbukti mengatur hasil laga. Namun, Erick juga menegaskan bahwa tidak ada justifikasi apa pun bagi pemain untuk melakukan aksi pemukulan. PSSI menilai peristiwa ini mencoreng kehormatan sepak bola Indonesia yang mulai menunjukkan titik cerah. Demi menjaga marwah dan mencegah peristiwa serupa terulang, Erick menjamin hukuman yang diberikan akan menjadi salah satu hukuman paling berat.