Puncak Kemarau 2025 Diprediksi Terjadi Agustus, BMKG Ingatkan Bahaya Karhutla

Husni Rachma
2 Min Read

HALUAN.CO – BMKG memprediksi puncak musim kemarau tahun 2025 akan terjadi pada bulan Agustus, dengan sebagian besar wilayah Indonesia, khususnya Sumatera dan Kalimantan, akan merasakan dampak kemarau panjang yang berpotensi meningkatkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Beberapa wilayah yang perlu diwaspadai meliputi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.

Menurut BMKG, curah hujan di sebagian besar wilayah Riau, Jambi, dan Kalimantan diperkirakan tetap rendah hingga awal Agustus. Peta potensi kebakaran yang dirilis BMKG menunjukkan dominasi warna merah, yang menunjukkan tingkat kemudahan kebakaran yang sangat tinggi.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa kebakaran dapat terjadi secara alami, bahkan tanpa pemicu eksternal. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa meskipun hujan sempat turun berkat operasi modifikasi cuaca (OMC), dampaknya tidak bertahan lama.

Berita Lainnya  DPR Setujui Rp 25 Miliar untuk Modifikasi Cuaca! Anda Tidak Akan Percaya Alasannya!

“Warna merah kembali muncul. Artinya, efek OMC sudah mulai menurun, dan kondisi cuaca aslinya kembali mendominasi,” ujarnya.

Analisis BMKG juga menunjukkan bahwa wilayah-wilayah yang tengah dalam kondisi kritis, seperti Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan, menunjukkan rendahnya potensi pembentukan awan hujan, dengan mayoritas wilayah berwarna kuning dan oranye, yang menandakan terbatasnya pembentukan awan.

Kemarau Berlanjut Hingga September

BMKG menegaskan bahwa musim kemarau akan berlangsung hingga September, dengan musim hujan baru diperkirakan mulai pada bulan Oktober. Oleh karena itu, dua bulan ke depan menjadi periode yang sangat krusial yang membutuhkan koordinasi lintas lembaga.

“Musim hujan belum datang. OMC bukan solusi permanen. Kunci keberhasilan adalah patroli ketat, deteksi dini, dan pemadaman cepat,” tambah Kepala BMKG.

Tindakan Antisipasi Kebakaran Lahan

Dalam rangka mengantisipasi karhutla, BMKG bekerja sama dengan BNPB dan pemerintah daerah untuk melakukan sejumlah langkah pencegahan, seperti pembasahan lahan, pengelolaan ketinggian air di lahan, serta pengisian embung dan kanal dengan memanfaatkan hujan yang masih ada. BMKG juga memperkuat kesiapsiagaan dengan operasi modifikasi cuaca (OMC), patroli udara, dan pengawasan lapangan secara rutin, terutama di Riau yang telah berstatus siaga darurat karhutla.

Berita Lainnya  Siaga Cuaca Ekstrem! BMKG Prediksi Hujan Lebat dan Angin Kencang Landa Indonesia 19–20 Juni 2025
Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *