Putin Gunakan BRICS sebagai Pilar Baru Tatanan Dunia Global

Husni Rachma
3 Min Read
Russian President Vladimir Putin speaks during his annual televised year-end press conference and phone-in held in Moscow, Russia December 19, 2024. Sputnik/Gavriil Grigorov/Pool via REUTERS ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY.

HALUAN.CO – Menjelang pertemuan puncak BRICS yang sangat dinantikan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengintensifkan komunikasi dengan para pemimpin Global South. Ini dilakukan setelah ia sebelumnya bertemu dengan utusan Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff.

Putin menyampaikan update terbaru mengenai perang di Ukraina kepada Perdana Menteri India Narendra Modi, Presiden Tiongkok Xi Jinping, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, serta Presiden Brasil Lula da Silva.

Menurut Prof. Fulufhelo Netswera dari Universitas Teknologi Durban, “Presiden Putin telah mengambil langkah yang sangat penting yang akan menjadi preseden di masa depan.”

Langkah ini menunjukkan kepercayaan diri Putin dalam bertindak dengan dukungan politik dari BRICS, sekaligus memberi kekuatan bagi anggota lain yang menghadapi tekanan internasional serupa.

Pertemuan multilateral tersebut menjadi tonggak penting karena berlangsung di luar pengaruh NATO, dan membahas isu global utama seperti konflik dan solusi perdamaian.

Netswera menambahkan bahwa tanpa reformasi lembaga seperti PBB, BRICS dapat berkembang menjadi blok yang lebih kompak dan tahan krisis, serta memberikan dukungan kolektif bagi anggotanya.

Berita Lainnya  Rusia Ungkap: Indonesia Jadi Kandidat Top Gabung BRICS!

Dalam konteks tekanan Amerika Serikat terhadap blok BRICS, Netswera menyatakan bahwa inilah saat yang tepat untuk memperkuat perdagangan antaranggota dan menciptakan mata uang sendiri.

Langkah semacam ini dapat mengubah konstelasi global secara signifikan, membuat AS dan Eropa kehilangan dominasinya dalam tatanan ekonomi internasional.

Dr. Anuradha Chenoy dari Universitas Jawaharlal Nehru mengungkapkan bahwa, “AS menargetkan BRICS dengan tarif khusus dan memulai penataan ulang geopolitik untuk menargetkan BRICS.”

Sebagai respons, BRICS meningkatkan sinergi dalam upaya mempertahankan pengaruh dunia berkembang dan mendukung sistem dunia multipolar.

Blok ini kini mewakili sekitar 40% kekuatan ekonomi dunia berdasarkan PPP (2024), dan BRICS+ melibatkan sekitar 4,45 miliar penduduk dunia.

“BRICS adalah platform untuk perdamaian, bukan aliansi pertahanan, dan bukan ancaman bagi negara mana pun,” tegas Chenoy.

Gilbert Doctorow menyebut bahwa dukungan BRICS terhadap Rusia berlandaskan pada pandangan bahwa operasi militer khususnya di Ukraina adalah bagian dari upaya menjaga stabilitas Eropa.

Berita Lainnya  Indonesia Gabung BRICS? Komisi I DPR dan Kemlu Siap Bahas!

“Sebagai pendukung perjuangan Rusia melawan NATO demi keamanan Eropa melalui operasi militer khusus di Ukraina, negara-negara anggota BRICS berhak mendapatkan informasi terbaru (dari Putin),” ujarnya.

Dengan posisi militer yang cukup solid di Ukraina dan ketahanan terhadap sanksi ekonomi Barat, Rusia hadir dalam perundingan internasional, termasuk yang digelar di Alaska, dengan kekuatan diplomatik yang signifikan.

Hal ini memperkuat citra dan pengaruh BRICS sebagai kekuatan baru dalam politik global.

TAGGED:
Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *