Jakarta – Pembunuhan yang mengguncang dunia terhadap seorang rabi Israel, Zvi Kogan, di Uni Emirat Arab (UEA) telah menjadi sorotan global, memicu kecaman keras dari Tel Aviv hingga Amerika Serikat. Peristiwa ini menyoroti ketegangan yang masih membara di kawasan tersebut dan menambah deretan panjang insiden kekerasan yang melibatkan tokoh agama.
Zvi Kogan dikenal sebagai rabi yang giat dalam misi keagamaan, mewakili kelompok Yahudi Ortodoks bernama Chabad. Chabad sendiri merupakan organisasi yang berfokus pada membangun hubungan dengan orang Yahudi non-religius, sekuler, atau dari sekte lain dalam Yudaisme. Di UEA, cabang Chabad melayani ribuan pengunjung dan warga Yahudi, menjadikannya pusat penting bagi komunitas Yahudi di negara tersebut.
Kabar hilangnya Kogan pertama kali mencuat setelah kendaraan miliknya ditemukan di sebuah kota yang berjarak sekitar satu setengah jam dari Dubai, sebagaimana dilaporkan oleh Ynet. Pihak otoritas UEA menduga bahwa Kogan diculik oleh tiga warga negara Uzbekistan yang kemudian melarikan diri ke negara Turki. Penemuan ini memicu penyelidikan intensif oleh pihak berwenang.
Jasad Kogan ditemukan di kota Al Ain, Uni Emirat Arab (UAE), yang berbatasan dengan Oman. Namun, hingga kini belum jelas apakah pembunuhan terjadi di lokasi tersebut atau di tempat lain. Mantan politisi Israel, Ayoob Kara, mengungkapkan kepada Reuters di Dubai bahwa masih banyak pertanyaan yang belum terjawab terkait lokasi dan motif pembunuhan ini.
Menurut media N12 melaporkan bahwa Kogan memasuki UEA menggunakan paspor Moldova. Hal ini membuat otoritas setempat menghubungi kedutaan Moldova untuk meminta bantuan, alih-alih berkoordinasi dengan Israel. Langkah ini menambah kompleksitas penyelidikan yang sedang berlangsung.
UEA segera membuka penyelidikan menyeluruh, melibatkan tiga lembaga keamanannya untuk mengungkap kasus ini. Di sisi lain, Israel juga mengerahkan seluruh lembaga keamanannya untuk menyelidiki kematian Kogan, menunjukkan betapa seriusnya mereka menangani insiden ini.
Sejauh ini, tiga orang telah ditangkap dengan dugaan keterlibatan dalam kematian Kogan. Namun, UEA belum merilis atau menjelaskan detail terkait ketiga tersangka tersebut. Motif pembunuhan juga masih menjadi misteri, meskipun Israel mengklaim bahwa Kogan menjadi target kekerasan karena identitasnya sebagai seorang Yahudi.