Jakarta – Peretas (hacker) Korea Utara (Korut) berhasil membobol data-data militer Amerika Serikat (AS) dan menarik sejumlah informasi rahasia selama bertahun-tahun. Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea.
Dalam laporan Reuters, para hacker yang dikenal dengan julukan Anadriel atau APT45 oleh peneliti keamanan siber, diyakini merupakan bagian dari badan intelijen Korut yang dikenal sebagai Biro Umum Pengintaian. Data yang dicuri sebagian besar digunakan untuk mendukung kemampuan Pyongyang dalam mengembangkan kekuatan nuklir.
Biro Penyelidikan Federal (FBI) mengungkapkan bahwa sejumlah fasilitas militer yang menjadi korban peretasan antara lain Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA), Pangkalan Angkatan Udara Randolph di Texas, dan Pangkalan Angkatan Udara Robins di Georgia.
Dalam serangan terhadap NASA pada Februari 2022, para peretas menggunakan skrip malware untuk mendapatkan akses tidak sah ke sistem komputer lembaga tersebut selama lebih dari tiga bulan. Lebih dari 17 GB data yang tidak diklasifikasikan berhasil diekstraksi.
Korea Utara, yang dikenal sebagai Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK), memiliki sejarah panjang dalam menggunakan tim peretas rahasia untuk mencuri informasi-informasi militer yang sensitif. Untuk mendanai operasi mereka, para peretas menggunakan ransomware untuk menarget rumah sakit dan fasilitas kesehatan AS.
Pada hari Kamis, Departemen Kehakiman AS mengumumkan dakwaan terhadap seorang warga negara Korut yang diyakini menjadi tersangka peretasan, Rim Jong Hyok. Ia diduga berkonspirasi untuk mengakses jaringan komputer di AS serta dituding melakukan pencucian uang.
Insiden ransomware yang dituduhkan kepada Rim salah satunya melibatkan peretasan pada bulan Mei 2021 terhadap sebuah rumah sakit di Kansas. Rumah sakit tersebut akhirnya membayar tebusan setelah para peretas mengenkripsi empat server komputernya.
Rumah sakit tersebut kemudian membayar tebusan dengan bitcoin, yang selanjutnya ditransfer ke bank di China. Dana tersebut kemudian ditarik dari ATM yang terletak di Dandong, yang menjadi perbatasan Korut-China.
FBI menyatakan bahwa mereka menawarkan hadiah hingga US$ 10 juta (Rp 162 juta) untuk informasi yang akan mengarah pada penangkapan Rim. Ia diyakini berada di Korut.