Padang – Energi terbarukan menjadi salah satu fokus utama dalam upaya memenuhi kebutuhan energi yang semakin meningkat di Indonesia. Dengan potensi panas bumi yang mencapai 24.000 MW, Indonesia memiliki sekitar 40% dari total potensi panas bumi di Dunia. Namun, meskipun potensi ini sangat besar, realisasi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) masih terhambat oleh sejumlah kendala, terutama dalam proses perizinan.
Presiden Joko Widodo bahkan telah menekankan pentingnya mempercepat proses perizinan ini yang seringkali memakan waktu hingga enam tahun. Dalam konteks ini, Sumatera Barat, yang memiliki 15 titik panas bumi yang tersebar di berbagai daerah, berpotensi menjadi salah satu penggerak utama dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
Menurut Buku Potensi Panas Bumi yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tahun 2017, daerah-daerah di Sumatera Barat yang memiliki potensi panas bumi mencakup Bonjol, Gunung Talang – Bukit Kili, Liki Pinangawan Muara Laboh, Cubadak, Koto Baru Marapi, Lubuk Sikaping, Maninjau, Panti, Pariangan, Simisuh, Situjuh, Sumani, Surian, Talago Biru, dan Talu. Dari total potensi energi panas bumi sebesar 1.680 MWe, saat ini baru PLTP Muara Laboh yang beroperasi dengan kapasitas 85 MWe. Ini berarti bahwa eksplorasi yang telah dilakukan baru mencapai kurang dari 10% dari total potensi yang ada.
Relawan Sahabat Pengusaha Vasko menilai bahwa situasi ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk Sumatera Barat.
“Kami percaya bahwa pengembangan energi panas bumi dapat menjadi penggerak ekonomi yang signifikan bagi provinsi ini,” ujar Ade Surya Iskandar, Sekretaris Umum Relawan Sahabat Pengusaha Vasko.
Namun, untuk mewujudkan ini, edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat lokal menjadi langkah awal yang sangat penting. Masyarakat perlu memahami manfaat dan potensi yang bisa mereka peroleh dari pengembangan energi panas bumi. Edukasi juga harus mencakup penanganan risiko yang mungkin terjadi, agar masyarakat merasa aman dan nyaman dengan proyek yang akan dijalankan.
Ade menegaskan bahwa banyak narasi negatif yang beredar di masyarakat mengenai sumber energi ini.
“Ada informasi yang bisa dikategorikan sebagai hoax yang beredar di luar sana, yang menghambat proses pemahaman masyarakat tentang potensi energi panas bumi,” tambahnya.
Dengan demikian, tantangan utama bagi pemerintahan yang akan datang di bawah kepemimpinan Buya Mahyeldi dan Uda Vasko adalah untuk merespons narasi-narasi negatif tersebut dengan data dan informasi yang akurat.
Pengembangan PLTP di Sumatera Barat bukan hanya tentang menghasilkan energi, tetapi juga tentang menciptakan lapangan pekerjaan dan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. Dengan semakin banyaknya proyek yang dapat direalisasikan, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil yang berkelanjutan.
Selain itu, pengembangan energi terbarukan seperti panas bumi sejalan dengan agenda global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Hal ini merupakan langkah penting untuk mencapai target keberlanjutan dan menjaga lingkungan untuk generasi mendatang.
Bagi Relawan Sahabat Pengusaha Vasko, langkah ke depan harus dilakukan secara terencana dan kolaboratif. Kerjasama antara pemerintah daerah, lembaga penelitian, dan masyarakat menjadi hal yang sangat krusial. Mereka menyarankan agar pemerintah daerah segera membentuk tim khusus yang bertugas untuk memfasilitasi pengembangan energi panas bumi dan memastikan bahwa semua proses perizinan berjalan dengan baik dan cepat.
“Kolaborasi antara berbagai pihak akan menciptakan sinergi yang dibutuhkan untuk mempercepat pengembangan energi panas bumi di Sumatera Barat,” ujar Ade. Dengan kolaborasi ini, diharapkan potensi besar yang dimiliki oleh provinsi ini dapat terwujud dan dimanfaatkan secara maksimal.