Jakarta – Langkah mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (RK), untuk maju dalam Pilkada Jakarta 2024 semakin jelas. Sebaliknya, nasib Anies Baswedan masih belum pasti. Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto, memberikan sinyal kuat bahwa RK akan maju di Jakarta. Sementara itu, untuk Jawa Barat, Golkar akhirnya mendukung mantan kadernya yang kini menjadi kader Gerindra, Dedi Mulyadi.
Koalisi Indonesia Maju (KIM), yang mendukung presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, sejak awal sering menyebut nama RK untuk maju dalam Pilgub Jakarta. Partai Gerindra, misalnya, sangat ngotot mengusung RK di Jakarta. Sementara Golkar, partai asal RK, lebih condong mendorong suami Atalia Prayatya ini di Jawa Barat.
Hasil survei jelang Pilkada Jawa Barat awal Juni 2024 yang dilakukan oleh lembaga Saiful Mujani Research Center (SMRC) mencatat elektabilitas RK sebesar 50,6 persen. Sementara Dedi Mulyadi hanya 25,1 persen. Berbeda dengan di Jawa Barat, elektabilitas RK di Jakarta berada di posisi ketiga dengan 8,5 persen berdasarkan hasil survei Litbang Kompas. Sementara Anies Baswedan berada di posisi puncak dengan 29,8 persen.
Baru-baru ini, Ketua Harian DPP Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, mengungkapkan bahwa RK akan diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) bersama Gerindra, Golkar, PAN, dan Demokrat. Dasco juga mengungkapkan bahwa ada tambahan beberapa partai lain yang akan masuk koalisi tersebut, namun ia enggan menyebut siapa parpol lain di luar KIM yang akan bergabung.
Di saat bersamaan, Wakil Ketua Umum PKB, Jazilul Fawaid, mengatakan bahwa PKB mengkaji opsi untuk bergabung dengan KIM Plus di Pilkada. Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, menilai skenario Golkar mengusung RK maju di Pilkada Jakarta bukan hal yang nekat meski elektabilitasnya kecil. Ia menilai justru RK memiliki kans menang besar di Jakarta lantaran ada potensi Anies batal maju di Pilgub DKI Jakarta jika koalisi KIM Plus terbentuk.
Agung menyebut Anies tak bisa maju di Pilkada Jakarta apabila PKS, NasDem, dan PKB berpaling untuk mendukung Ridwan Kamil. Pasalnya, ketiga partai itu sudah memiliki niat merapat bergabung ke koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran. DPP PKS dan NasDem sudah menyatakan dukungannya secara lisan kepada Anies. Sementara PKB baru memberikan dukungan kepada Anies di level kepengurusan partai tingkat provinsi. Namun dari tiga partai tersebut, hanya PKS yang telah resmi memberikan dukungan secara tertulis. NasDem, meski telah mendeklarasikan Anies, nyatanya belum memberikan dukungan tertulis.
Jika kondisi ini terjadi, Agung menganggap peluang RK untuk menang di Pilkada Jakarta lebih terbuka besar lantaran potensial akan melawan kotak kosong. Agung berpandangan skema KIM Plus ini sebagai upaya menjegal Anies maju di Pilkada Jakarta. Terlebih lagi, jika PKS, NasDem, dan PKB tergiur dengan janji politik koalisi KIM untuk terlibat dalam pemerintahan lima tahun ke depan.
Kemungkinan gerbong Anies bubar bisa terjadi mengingat mantan Gubernur DKI itu bukan kader partai manapun. Dengan status Anies tersebut, partai-partai pendukungnya di Pilpres 2024 lalu masih terbuka berbalik arah. Termasuk PKS yang telah menyatakan dukungan lisan dan tertulis. Agung menilai Golkar pasti memiliki kalkulasi yang matang ketika mencalonkan RK. Baginya, untuk maju di Pilkada Jakarta bukan cuma sekadar jadi penggembira, melainkan untuk menang. Terlebih, Jakarta sebagai provinsi yang selama ini diidentikkan sebagai barometer politik nasional.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, melihat ada tangan-tangan kekuasaan yang berkeinginan supaya Jakarta tak jatuh ke tangan Anies. Baginya, rivalitas Pilpres 2024 di kubu Prabowo masih terbawa hingga jelang kontestasi Pilkada Jakarta. Dedi mengatakan salah satu cara melawan Anies adalah memborong dukungan partai politik. Sehingga, praktis hanya KIM Plus yang nantinya bisa mengusung kandidat.
Indikasi lain dari intervensi kekuasaan adalah sikap Golkar. Dedi melihat Golkar dalam situasi tertekan sehingga mau tidak mau harus mengikuti kebutuhan mitra penguasa, bukan kebutuhan Golkar. Jika ingin realistis, Dedi menilai Golkar idealnya mendorong RK maju di Pilkada Jawa Barat ketimbang Jakarta. Sebab, peluang besarnya lebih unggul ketimbang di Jakarta jika di saat bersamaan Anies maju Pilkada.