Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tercatat berada di level Rp15.425 pada Kamis (12/9) pagi. Mata uang Garuda mengalami pelemahan sebesar 23,5 poin atau 0,15 persen dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya.
Sebagian besar mata uang di kawasan Asia menunjukkan tren penurunan. Yen Jepang, baht Thailand, peso Filipina, dolar Singapura, dan dolar Hong Kong semuanya berada di zona merah. Namun, yuan China dan won Korea Selatan justru menguat pada pembukaan perdagangan pagi ini.
Analis pasar Lukman Leong memperkirakan bahwa pelemahan rupiah ini disebabkan oleh data inflasi Amerika Serikat (AS) yang sesuai dengan perkiraan. Menurut Lukman, data inflasi AS yang stabil memberikan tekanan pada mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Lukman memprediksi bahwa nilai tukar rupiah akan bergerak di rentang Rp15.400 hingga Rp15.500 per dolar AS sepanjang hari ini. Pergerakan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal, termasuk data ekonomi global dan kebijakan moneter dari bank sentral utama dunia.
Pelemahan rupiah ini tentu memiliki dampak pada perekonomian Indonesia. Sektor impor akan merasakan tekanan lebih besar karena biaya yang meningkat, sementara sektor ekspor mungkin mendapatkan sedikit keuntungan dari nilai tukar yang lebih lemah. Namun, secara keseluruhan, stabilitas nilai tukar sangat penting untuk menjaga kepercayaan investor dan kestabilan ekonomi.