Jakarta – Pemerintah Rusia akhirnya bersuara terkait serangan Israel terhadap markas milisi Hizbullah di ibu kota Lebanon, Beirut. Kementerian Luar Negeri Rusia pada Rabu (31/7/2024) mengeluarkan pernyataan resmi yang menyebutkan bahwa serangan tersebut merupakan pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional. Namun, Moskow tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai langkah apa yang akan diambil sebagai respons terhadap serangan itu.
Sumber-sumber lokal di Lebanon melaporkan bahwa serangan yang dilakukan oleh rezim Tel Aviv pada Selasa malam telah menyebabkan beberapa orang tewas dan terluka. Salah satu korban tewas adalah komandan senior Hizbullah, Fuad Shukr.
Militer Israel menyatakan bahwa serangan tersebut adalah balasan atas tembakan roket dari Lebanon yang menewaskan 12 anak dan remaja Arab Druze di Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan. Meskipun Hizbullah mengaku tidak bertanggung jawab atas serangan roket tersebut, Israel dan Amerika Serikat (AS) tetap menunjuk kelompok itu sebagai pelaku.
Menurut seorang sumber dekat Hizbullah, Shukr bertanggung jawab atas komando operasi militer di Lebanon Selatan. Ia menggantikan komandan utama Hizbullah, Imad Mughniyeh, yang tewas dalam pengeboman mobil di Damaskus pada tahun 2008, di mana Israel diklaim bertanggung jawab. AS sendiri telah membanderol harga kepala Shukr sebesar US$ 5 juta, menggambarkannya sebagai “penasihat senior” bagi pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, yang memainkan “peran utama” dalam pengeboman mematikan tahun 1983 di barak Korps Marinir AS di Beirut.
Eskalasi antara Hizbullah dan Israel terus meningkat pasca serangan Tel Aviv ke Gaza. Hizbullah, yang disokong oleh Iran, beberapa kali menyerang Israel dengan harapan menekan Negara itu menghentikan serangannya ke Gaza. Sejak 7 Oktober, serangan-serangan Israel telah menewaskan lebih dari 500 orang di Lebanon. Sebagian besar korban adalah pejuang Hizbullah, namun lebih dari 100 warga sipil juga dilaporkan tewas.
Ketika suhu antara Israel dan Hizbullah meningkat, kekhawatiran akan terjadinya perang habis-habisan yang dapat memicu kekacauan regional semakin meningkat. Bahkan, sejumlah negara dunia telah meminta warganya yang berada di Lebanon untuk segera meninggalkan negara itu.
Reaksi internasional terhadap serangan ini beragam. Beberapa negara mengecam tindakan Israel, sementara yang lain mendukung hak Israel untuk membela diri. Namun, yang jelas, situasi ini menambah ketegangan di kawasan Timur Tengah yang sudah memanas.