Jakarta – Pada malam Rabu (2/10), Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dilaporkan telah melancarkan serangan terhadap sebuah gudang senjata yang terletak di dekat kota pelabuhan Latakia, Suriah. Serangan ini menargetkan sebuah bangunan di dalam Pangkalan Udara Khmeimim, yang merupakan fasilitas milik Rusia dan diduga menyimpan persenjataan untuk Iran.
Media oposisi di Suriah melaporkan bahwa sistem pertahanan udara Suriah berusaha menghadapi “sasaran” yang terdeteksi di atas perairan Latakia. Radio pro-pemerintah, Sham FM, melaporkan bahwa tak lama setelah serangan, petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api di kota pesisir Jableh, yang terletak tepat di selatan Latakia, sebagaimana dilaporkan oleh The Times of Israel.
The Telegraph melaporkan bahwa sekitar 30 rudal telah diarahkan ke area dekat pangkalan udara Khmeimim, memicu serangkaian ledakan besar. Rekaman video yang beredar menunjukkan cahaya oranye yang muncul saat pertahanan udara Suriah berusaha mencegat rudal-rudal yang masuk. Kobaran api besar kemudian terlihat dari jarak bermil-mil di sekitar Khmeimim.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa pertahanan udara Rusia dan Suriah berusaha mencegat rudal-rudal tersebut selama sekitar 40 menit. Berdasarkan laporan media lain di Suriah, serangan ini terjadi sesudah kedatangan pesawat kargo Iran. Qassem Fars Airlines dilaporkan mendarat satu jam sebelum serangan rudal Israel menyerang. Maskapai ini telah lama dihubungkan dengan Korps Garda Revolusi Iran dan sebelumnya dituduh telah mengirim senjata ke milisi Suriah.
Serangan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik Israel dapat meluas lebih jauh. Serangan tersebut menargetkan area Khmeimim yang erupakan salah satu pangkalan udara militer yang paling dijaga ketat di Suriah. Pangkalan ini menjadi tempat bersemayam jet tempur dan pesawat pembom Rusia, serta sistem pertahanan udara jarak jauh dan jarak dekat.
Pangkalan Udara Khmeimim dibangun pada tahun 2015 lalu ketika Rusia melakukan intervensi dalam perang saudara Suriah untuk mendukung rezim Bashar al-Assad.