Jakarta – Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengeluarkan pernyataan mengejutkan terkait situasi perang di Timur Tengah. Berdasarkan laporan terbaru dari AlJazeera yang mengutip Axios, Hizbullah dan Iran dikabarkan akan melancarkan serangan besar-besaran ke Israel pada Senin (5/8/2024).
Informasi ini berasal dari tiga sumber anonim yang telah diberi pengarahan mengenai perkembangan tersebut. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dilaporkan sangat frustrasi dengan situasi ini. Blinken dikatakan tidak mengetahui bentuk serangan yang akan dilakukan oleh Hizbullah dan Iran. Ia juga mendesak sekutu-sekutu AS untuk memberikan tekanan diplomatik kepada Iran dan Hizbullah guna meminimalisir balasan.
Blinken sempat merasa telah mencapai terobosan penting, terutama terkait gencatan senjata. Namun, situasi berubah drastis setelah terjadi pembunuhan, khususnya di Teheran. Hal ini menambah ketegangan dan mengubah dinamika diplomatik yang ada.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, menolak memberikan komentar terkait situasi ini. Sementara itu, Komandan Komando Pusat AS, Jenderal Michael Kurilla, diperkirakan akan tiba di Israel pada hari Senin waktu setempat. Kehadirannya bertujuan untuk menyelesaikan persiapan dengan Pasukan Pertahanan Israel menjelang kemungkinan serangan oleh Iran dan Hizbullah.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengadakan pertemuan darurat pada Minggu malam. Ia bertemu dengan Menteri Pertahanan Yoav Gallant serta para kepala militer dan badan intelijen. Pertemuan ini dilakukan untuk membahas langkah-langkah yang akan diambil dalam menghadapi ancaman serangan tersebut.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, mengunjungi Teheran pada Minggu. Safadi bertemu dengan penjabat Menteri Luar Negeri Iran, Ali Bagheri, dan menyampaikan pesan dari Raja Abdullah II kepada Presiden Iran. Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Yordania, kunjungan ini bertujuan untuk meredakan ketegangan dan mencari solusi diplomatik.
