Jakarta – Agitator sayap kanan Tommy Robinson dituduh sebagai biang kerok kerusuhan anti-imigran dan anti-Muslim yang merebak di sejumlah wilayah Inggris setelah insiden penikaman tiga anak di Southport, Merseyside, pada Senin (29/7) pekan lalu.
Sejumlah aktivis menuduh Robinson memainkan peran penting dalam memicu kekerasan yang menyasar kelompok etnis minoritas. Robinson, yang merupakan mantan pemimpin English Defence League (EDL), sebuah kelompok sayap kanan Islamofobia yang didirikan 15 tahun lalu, telah lama dikenal sebagai tokoh kontroversial di Inggris.
Kepolisian Merseyside telah menghubungkan kelompok ini dengan protes keras di Southport. Dilansir dari AFP, Tommy Robinson, yang memiliki nama asli Stephen Yaxley-Lennon, adalah mantan anggota Partai Nasional Inggris (British National Party/BNP) yang pernah dipenjara karena kasus penyerangan.
Robinson lahir pada November 1982 dan dikenal sebagai salah satu aktivis anti-Muslim paling terkemuka di Inggris. Ia pertama kali terkenal pada 2009 ketika membantu mendirikan English Defence League (EDL) di Luton, London. Kelompok ini banyak diisi oleh hooligan sepak bola dan sering mengadakan demonstrasi di jalan yang menentang Muslim, serta kerap bentrok dengan demonstran anti-fasis.
Pada Oktober 2013, Robinson mundur dari EDL dengan alasan tidak mampu mengendalikan pengikut kelompok tersebut yang dianggapnya terlalu ekstrem. Meski telah hengkang dari EDL, pengaruh Robinson nyatanya masih sangat kuat, terutama di media sosial. Ia masih ‘didewakan’ pengikutnya seiring dengan serangkaian kasus yang menjeratnya.
EDL pernah terungkap memipunyai hubungan dengan aktivis sayap kanan Norwegia yaitu Anders Behring Breivik, pelaku serangan bom dan penembakan pada Juli 2011 yang menewaskan 77 orang. Pada Desember 2011, dua pendukung EDL juga dihukum karena berencana mengebom sebuah masjid di Stoke-on-Trent.
Robinson pernah dipenjara akibat kasus penghinaan terhadap pengadilan, penyerangan, kepemilikan narkoba, serta penipuan. Saat ini, ia diburu polisi karena meninggalkan Inggris pekan lalu sebelum sidang kelanjutan kasus penghinaan terhadap pengadilan.