Jakarta – Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) mengungkapkan adanya indikasi politik transaksional dalam pertemuan antara dua elite Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad dan Habiburokhman, dengan keluarga korban hilang 1998. IKOHI mendapatkan informasi dari sumber yang kredibel bahwa dalam pertemuan tersebut, setiap keluarga korban yang hadir menerima uang sebesar Rp 1 miliar.
IKOHI menilai bahwa pertemuan tersebut merupakan upaya untuk memanfaatkan kerentanan keluarga korban kerusuhan 1998. Menurut IKOHI, upaya ini tidak hanya dilakukan oleh Dasco, tetapi juga oleh staf Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Mugiyanto, yang diketahui merupakan korban penculikan 1998 dan bertindak sebagai fasilitator dalam pertemuan tersebut.
Sebelumnya, dua elite Partai Gerindra, yakni Ketua Harian Sufmi Dasco Ahmad dan Wakil Ketua Umum Habiburokhman, bertemu sejumlah aktivis dan keluarga korban 1998. Pertemuan ini terungkap melalui unggahan Dasco di media sosial Instagram pada Ahad, 4 Agustus 2024. Dasco lalu menceritakan isi pembicaraan mereka saat ditemui di kompleks parlemen Senayan, Jakarta, pada Senin, 5 Agustus 2024.
IKOHI menegaskan akan terus berjuang mendampingi korban penculikan tahun 1997-1998. Menurut mereka, pertemuan Dasco bersama beberapa keluarga korban penculikan 1997-1998 tersebut tidak dapat menghapus tanggung jawab negara untuk melaksanakan proses hukum. IKOHI menekankan pentingnya penegakan hukum yang adil dan transparan untuk mengungkap kebenaran dan memberikan keadilan bagi para korban dan keluarganya.
Pertemuan ini memicu reaksi beragam dari publik, terutama dari kalangan aktivis dan keluarga korban. Mereka menuntut agar pemerintah dan pihak terkait segera mengambil langkah konkret untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi pada tahun 1997-1998. Tuntutan ini mencakup penyelidikan yang menyeluruh, penuntutan terhadap pelaku, dan pemulihan hak-hak korban.