HALUAN.CO – Kasus dugaan pelecehan seksual oleh guru di lingkungan SMAN 4 Kota Serang menjadi sorotan publik setelah viral di media sosial. Akun Instagram @savesmanfourkotser pertama kali mengangkat isu ini, yang kemudian memicu aksi demonstrasi para alumni pada Senin (21/7/2025) di depan sekolah.
Para pendemo menuntut agar sekolah mengusut dugaan kasus tersebut secara serius dan menindak guru-guru yang terlibat secara hukum.
Salah satu siswa korban diketahui sempat menghubungi Komnas Perlindungan Anak Provinsi Banten. Ia mengaku ditawari bantuan biaya pendidikan oleh seorang guru, namun sebagai gantinya diminta menemani guru tersebut ke hotel.
“Korban menceritakan bagaimana ia dijanjikan bantuan dana studi, tapi kemudian diminta menggantinya dengan menemani pelaku ke hotel,” kata Ketua Komnas Anak Banten, Hendry Gunawan.
Hendry menyebut bahwa hingga kini enam korban telah melapor, dan diyakini jumlah sebenarnya bisa lebih banyak karena masih ada korban yang belum berani mengungkapkan pengalaman mereka.
“Sejauh ini ada enam korban, dan informasi dari korban menyebut masih ada korban lainnya yang belum berani speak up,” tambahnya.
Kapolresta Serang Kota, Kombes Yudha Satria, membenarkan bahwa penyelidikan sedang berlangsung terkait kasus ini.
“Kita sedang melakukan penyelidikan,” ujarnya.
Sementara itu, Ipda Febby Mufti Ali, Kepala Unit PPA Polresta Serang Kota, mengungkapkan bahwa polisi saat ini masih menunggu hasil pemeriksaan psikologis korban dan tengah bekerja sama dengan P2TP2A.
“Dalam waktu dekat akan digelar perkara. Dari laporan yang kami terima, baru satu korban,” jelas Febby.
Ia menyebut bahwa hasil sementara menunjukkan unsur pelecehan seksual tidak mengarah pada tindakan persetubuhan.
Sebagai bentuk respons terhadap laporan ini, Pemerintah Provinsi Banten menonaktifkan tiga guru dari SMAN 4 Kota Serang sejak Rabu (23/7/2025).
Sekda Provinsi Banten, Deden Apriandhi Hartawan, mengatakan bahwa langkah ini diambil demi melindungi kenyamanan dan kondisi psikologis siswa di lingkungan sekolah.
“Tindakan tegas perlu diambil untuk menjaga kenyamanan psikologis siswa dan proses belajar-mengajar di sekolah,” ucapnya.
Ia juga menyebutkan bahwa investigasi dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari Inspektorat, BKD, dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Temuan investigasi tersebut akan digunakan untuk menindaklanjuti secara administratif maupun hukum.
Menanggapi kasus tersebut, Gubernur Banten Andra Soni menyampaikan permintaan maaf kepada publik.
“Saya sangat prihatin dan meminta maaf. Ini tanggung jawab kami,” ujarnya.
Andra mengatakan bahwa kejadian ini menjadi momentum untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pendidikan dan pengawasan guru di wilayahnya.
“Kami akan memperbaiki. Evaluasi akan kita lakukan, termasuk pembinaan terhadap satuan pendidikan,” tegasnya.
Ia juga meminta investigasi dilakukan secara transparan dan menginstruksikan agar korban dan keluarganya mendapatkan pendampingan psikologis dan bantuan hukum.
“Kita baru bisa menindak jika ada laporan. Maka pengawasan ini harus aktif dan responsif. Kita akan perkuat sistemnya,” pungkasnya.