Jakarta – Inflasi pada Agustus 2024 tercatat sebesar 2,12% secara tahunan. Stabilitas inflasi ini didorong oleh penurunan harga sebagian besar bahan pangan, yang menyebabkan Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi sebesar 0,03% secara bulanan.
Dalam pernyataan resminya yang dikutip pada Rabu (4/8/2024), Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mengungkapkan bahwa penurunan harga pangan menjadi faktor utama stabilitas inflasi. Ia juga menegaskan bahwa koordinasi antara Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan terus dilanjutkan untuk menjaga stabilitas harga serta mengantisipasi potensi bencana dan cuaca ekstrem. Selain itu, komunikasi efektif selalu digunakan untuk mendukung terjaganya ekspektasi inflasi.
Menurut komponen inflasi, inflasi inti mengalami kenaikan menjadi 2,02%. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan harga pada kelompok pakaian dan alas kaki, perumahan, rekreasi, dan perawatan pribadi, termasuk emas. Sementara itu, inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price) juga mengalami kenaikan menjadi 1,68%, yang dipicu oleh kenaikan harga BBM nonsubsidi dan rokok. Di sisi lain, inflasi harga bergejolak (volatile food) melanjutkan tren penurunan dan tercatat sebesar 3,04%.
Febrio menekankan bahwa penurunan harga pangan terutama didorong oleh pasokan yang melimpah seiring dengan masa panen serta turunnya biaya produksi seperti pakan jagung. Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain bawang merah, daging ayam ras, tomat, dan telur ayam ras.
Sementara itu, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Agustus 2024 berada pada level 48,9. Penurunan ini tidak terlepas dari menurunnya kinerja sektor manufaktur global di tengah tekanan permintaan.