Jakarta – Taiwan akhirnya angkat bicara mengenai insiden ledakan ribuan pager di Lebanon yang terjadi dalam beberapa hari terakhir. Taipei dengan tegas membantah keterlibatan mereka dalam insiden yang diduga didalangi oleh Israel tersebut.
Menteri Ekonomi Taiwan, Kuo Jyh Hue, menyatakan bahwa ribuan pager yang meledak di Lebanon pada Selasa (17/9) bukanlah produk buatan Taiwan. Dalam wawancara dengan wartawan, Jyh Hue menegaskan bahwa kasus ini masih dalam tahap penyelidikan lebih lanjut oleh pihak berwenang.
Sebelumnya, sejumlah laporan penyelidikan awal mengungkapkan bahwa ribuan pager yang meledak tersebut merupakan milik Hizbullah, kelompok milisi yang menjadi musuh Israel. Hizbullah diketahui membeli ribuan pager ini dari perusahaan Taiwan, Gold Apollo.
Gold Apollo, perusahaan yang disebut-sebut dalam laporan tersebut, juga langsung membantah bahwa ribuan pager yang meledak di Lebanon adalah buatan mereka. Mereka mengklaim bahwa pager tersebut merupakan produk dari perusahaan mitra mereka di Eropa yang memiliki lisensi untuk menggunakan merek Gold Apollo dan berkantor pusat di Budapest, Hungaria.
Hsu Ching Kuang, Presiden sekaligus pendiri dari Gold Apollo, telah diperiksa oleh jaksa Taiwan terkait insiden ini pada Kamis (19/9/2024). Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan kebenaran klaim yang beredar.
Lebanon digemparkan oleh ledakan ribuan pager yang terjadi hampir serempak di seluruh penjuru negara tersebut pada Selasa (17/9/2024). Insiden ini menewaskan 12 orang dan melukai ribuan lainnya, termasuk warga sipil, anak-anak, dan petugas medis.
Keesokan harinya, rentetan ledakan kembali terjadi di beberapa wilayah Lebanon. Kali ini, sumber ledakan bukan hanya pager, tetapi juga perangkat lain seperti baterai laptop, ponsel, radio, hingga perangkat tenaga surya. Gelombang kedua ledakan ini menewaskan 20 orang dan melukai setidaknya 450 orang.
Pihak berwenang meyakini bahwa ribuan pager dan perangkat komunikasi yang meledak pada Selasa dan Rabu kemarin telah “disadap” atau dipasangi “jebakan” bahan peledak. Pejabat keamanan Lebanon hingga Amerika Serikat mencurigai bahwa Israel lah yang memasang bahan peledak di ribuan pager tersebut. Ribuan pager ini disebut telah dibeli Hizbullah sejak awal tahun.
Belakangan, muncul nama Unit Perang Siber 8200 Israel atau 8200 cyber warfare unit yang diduga terkait dengan teror ledakan pager di Lebanon ini. Namun, hingga saat ini, Israel tetap bungkam dan belum memberikan pernyataan resmi terkait tuduhan tersebut.