Jakarta – Dalam lanskap ekonomi global yang dinamis, penurunan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) oleh Federal Reserve Amerika Serikat menjadi sorotan utama. Diprediksi akan turun hingga 50 basis poin (bps) menjelang akhir tahun, dengan konsensus pasar mengindikasikan pemangkasan sebesar 25 bps pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dijadwalkan pada 7 November mendatang.
Arfan F. Karniody, Direktur Investasi KISI AM, mengungkapkan bahwa meskipun data inflasi Oktober belum dirilis, peluang pemangkasan FFR mencapai 95%. Ia menekankan bahwa suku bunga memiliki hubungan erat dengan berbagai aspek ekonomi, dan penurunan ini diharapkan membawa dampak positif.
Penurunan suku bunga ini diproyeksikan akan menguntungkan reksa dana pendapatan tetap, di mana harga obligasi cenderung meningkat seiring penurunan suku bunga. Arfan menyarankan bahwa saat ini adalah momen yang tepat untuk memperluas investasi di sektor ini, seiring tren penurunan suku bunga yang diperkirakan berlanjut.
Pasar saham juga diprediksi akan merespons positif. Penurunan suku bunga diasumsikan dapat memperbaiki kondisi ekonomi, mendorong pertumbuhan yang lebih baik, dan meningkatkan kepercayaan investor. Namun, Arfan menekankan pentingnya langkah yang akan diambil oleh Bank Indonesia (BI) dalam merespons keputusan The Fed. Ia memprediksi BI mungkin akan memangkas BI Rate dua kali, selama tidak ada faktor mengejutkan yang muncul.
Arfan juga mengingatkan akan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang perlu diwaspadai. Penarikan modal asing dari Indonesia dapat melemahkan rupiah hingga Rp16.000 per dolar AS, situasi yang pernah terjadi enam minggu lalu ketika Tiongkok melakukan stimulus besar-besaran, menarik banyak investor asing dari Indonesia ke Tiongkok.