Jakarta – Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mengungkapkan bahwa dalam dua dekade terakhir, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) saham di Indonesia mengalami lonjakan signifikan sebesar 2.000%. Hingga Agustus 2024, nilai RNTH tercatat mencapai Rp11,8 triliun per hari.
Pada tahun 2000, nilai transaksi harian saham hanya sebesar Rp514 miliar. Lima tahun kemudian, pada tahun 2005, angka ini meningkat menjadi Rp1,67 triliun. Tren kenaikan ini terus berlanjut, dengan nilai transaksi harian mencapai Rp4,80 triliun pada tahun 2010 dan Rp5,76 triliun pada tahun 2015.
Meskipun pencapaian ini sangat positif, KSEI mengingatkan bahwa industri pasar modal masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan utama adalah ketidakpastian global yang semakin meningkat.
Samsul, seorang analis pasar modal, menyebutkan bahwa volatilitas ekonomi global, termasuk ketidakstabilan ekonomi, fluktuasi mata uang, dan harga komoditas, dapat mengurangi arus modal dan kepercayaan investor. Hal ini menjadi perhatian utama bagi para pelaku pasar modal di Indonesia.
Selain itu, perubahan kebijakan moneter dan fiskal juga menjadi tantangan yang signifikan. Kebijakan suku bunga acuan global dan stimulus ekonomi dapat mempengaruhi daya tarik investasi di pasar modal Indonesia. Perubahan ini sering kali menciptakan ketidakpastian yang dapat mempengaruhi keputusan investasi.
Kemajuan teknologi dan digitalisasi juga membawa tantangan tersendiri. Meskipun inovasi fintech dan platform perdagangan global dapat memberikan peluang baru, regulasi, keamanan, dan pertumbuhan variasi produk finansial memunculkan potensi tantangan. Samsul menekankan bahwa meskipun teknologi dapat meningkatkan efisiensi dan aksesibilitas, regulasi yang tepat harus diterapkan untuk memastikan keamanan dan stabilitas pasar.