Jakarta – Sebuah fenomena yang mengkhawatirkan tengah melanda Singapura, di mana satu dari enam wanita muda didiagnosis menderita kanker payudara. Mayoritas dari mereka berusia di bawah 45 tahun. Kurangnya kesadaran akan ancaman kanker ini menyebabkan banyak pasien terlambat mendapatkan perawatan medis, karena saat terdiagnosis, kanker sudah berada di tahap lanjut.
Ahli bedah kanker payudara, dr Anthony Tang, mengungkapkan bahwa insiden kanker payudara di kalangan wanita muda terus meningkat secara signifikan. Baru-baru ini, ia menangani seorang wanita berusia tiga puluhan yang memiliki benjolan berukuran 5 cm yang tidak diperiksa selama sekitar dua tahun. Ketika akhirnya berkonsultasi dengan dr Anthony, kanker tersebut telah berkembang ke stadium 2 dan mendekati stadium 3.
Tren ini sangat berbeda dibandingkan dengan sekitar 20 tahun lalu, ketika sebagian besar pasien kanker payudara adalah wanita yang sudah memasuki masa pascamenopause, yaitu di usia akhir lima puluhan atau enam puluhan. Kini, pasien termuda yang didiagnosis kanker payudara bahkan berusia 22 tahun.
Dr Tang percaya bahwa perubahan budaya turut berkontribusi terhadap peningkatan angka ini. Semakin banyak wanita Singapura yang memiliki lebih sedikit anak, melahirkan di usia yang lebih tua, dan memilih untuk tidak menyusui. Selain itu, kecenderungan genetik dan menstruasi di usia yang lebih muda juga meningkatkan risiko kanker payudara.
Dua faktor risiko utama yang dapat meningkatkan kemungkinan terkena kanker payudara adalah gaya hidup yang tidak aktif dan kelebihan berat badan. Kedua faktor ini sebenarnya dapat dicegah. Memiliki gaya hidup aktif dan pola makan yang baik tidak hanya mengurangi risiko kanker payudara, tetapi juga mengurangi risiko penyakit lain seperti diabetes dan tekanan darah tinggi.
Dalam praktiknya, banyak dokter menemukan bahwa wanita muda sering mengabaikan benjolan di payudara mereka terlalu lama sebelum memeriksakannya ke dokter. Kanker payudara dikenal tumbuh perlahan dan seiring waktu dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ketakutan juga menjadi alasan umum mengapa banyak pasien terlambat terdiagnosis.