Jakarta – Asosiasi Pengelasan Indonesia merespons dengan tenang isu mengenai tukang las atau welder Indonesia yang ‘dibajak’ oleh perusahaan migas di luar negeri. Ketua Umum Asosiasi Pengelasan Indonesia, Edi Diarman Djasman, menyatakan bahwa para tukang las Indonesia memilih bekerja di luar negeri karena tawaran gaji yang lebih tinggi.
Edi memberikan contoh konkret mengenai perbedaan gaji tukang las di dalam dan luar negeri. Di Korea Selatan, tukang las untuk galangan kapal bisa mendapatkan gaji sekitar Rp30 juta per bulan, belum termasuk lembur. Sementara itu, di Indonesia, gaji tukang las berkisar antara Rp8 juta hingga Rp9 juta, tergantung lokasi. Di daerah seperti Papua dan Kalimantan, gaji bisa mencapai Rp20 juta.
Menurut Edi, pemerintah Indonesia seharusnya lebih percaya diri dalam menghasilkan tenaga ahli di bidang pengelasan, mengingat jumlah penduduk yang besar sebagai modal utama. Pemerintah perlu memfasilitasi pelatihan pengelasan yang berstandar internasional, dengan dukungan dari pihak swasta.
Perusahaan juga diharapkan mengalokasikan dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk pelatihan tukang las. Profesi tukang las di sektor migas dan galangan kapal semakin menjanjikan karena permintaan yang terus meningkat.
Kualifikasi personel pengelasan umumnya dibagi menjadi empat golongan: welder atau welding operator, welding supervisor, welding inspector, dan welding engineer. Oleh karena itu, para welder harus mengikuti serangkaian pelatihan agar semakin kompeten dan sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Kapasitas dan keahlian mereka juga harus dibuktikan dengan sertifikat.
Di Indonesia, terdapat ratusan ribu tukang las, namun jumlah tersebut masih dianggap rendah. Edi berharap Indonesia dapat menjadi negara yang memiliki banyak tenaga las yang handal dan berkualitas.
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan bahwa beberapa proyek migas terhambat atau mengalami keterlambatan. Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas, Rudi Satwiko, menyatakan bahwa akibat molornya proyek, produksi migas tidak mencapai target.
Salah satu penyebab keterlambatan proyek migas adalah karena tukang las dalam negeri diambil oleh perusahaan migas di luar negeri. Hal ini membuat sangat sulit mencari tukang las di sektor migas dari dalam negeri.