Kyiv – Untuk pertama kalinya, pasukan militer Ukraina melancarkan serangan terhadap tentara Korea Utara yang ditempatkan di wilayah perbatasan Rusia. Wilayah ini telah dikuasai oleh pasukan Kyiv sejak Agustus lalu, menandai eskalasi baru dalam konflik yang sedang berlangsung.
Informasi ini disampaikan oleh Andriy Kovalenko, Kepala Pusat Penanggulangan Disinformasi Ukraina, melalui pernyataan di Telegram pada Senin (4/11). Pernyataan tersebut kemudian dilaporkan oleh Bloomberg pada Selasa (5/11/2024). Pusat Penanggulangan Disinformasi Ukraina merupakan bagian dari Komite Keamanan dan Pertahanan Nasional negara tersebut.
Sebelumnya, Pyongyang dilaporkan telah mengirimkan sekitar 10.000 tentara, termasuk pasukan khusus elite, ke wilayah Rusia. Langkah ini dinilai oleh Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, sebagai “eskalasi signifikan” dalam perang yang dilancarkan Kremlin terhadap Ukraina.
Rusia telah mempercepat pergerakan pasukannya di wilayah timur Ukraina, berusaha keras untuk mengusir pasukan Kyiv dari Kursk. Sejumlah area di Kursk telah dikuasai oleh militer Ukraina sejak Agustus lalu. Pasukan Moskow berhasil menahan serangan militer Ukraina di Kursk, tepatnya di area yang berjarak sekitar 20 kilometer dari kota Sudzha, yang merupakan pusat transportasi gas penting.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengkritik sekutu-sekutu Baratnya karena tidak menyediakan senjata yang sangat dibutuhkan dan tidak mengizinkan Kyiv menggunakan senjata jarak jauh untuk menyerang target militer jauh di dalam wilayah Rusia.
Dalam pidatonya, Zelensky menyebut bahwa militer Rusia telah meningkatkan serangan udara terhadap beberapa kota besar di Ukraina. Dia mengklaim bahwa pasukan Moskow telah menjatuhkan lebih dari 900 bom, meluncurkan 30 rudal, dan hampir 500 drone Shahed ke Ukraina pada pekan terakhir bulan Oktober lalu.
Sebagian besar serangan Rusia, menurut Zelensky, menargetkan infrastruktur sipil dan penting di Kyiv. Pada Senin (4/11) pagi, pertahanan udara Ukraina dilaporkan berhasil menembak jatuh 50 dari total 80 drone yang menyerang sembilan wilayah negara tersebut. Namun, serangan rudal balistik dan bom berpemandu di area Kharkiv dan Dnipropetrovsk dilaporkan menewaskan tiga orang dan melukai 13 orang lainnya.