Jakarta – Uni Eropa (UE) telah mencapai mufakat untuk menerapkan tarif definitif hingga 45 persen terhadap kendaraan listrik yang diimpor dari Tiongkok. Keputusan ini diumumkan pada Jumat, 4 Oktober 2024, setelah melalui proses pemungutan suara tertutup di antara negara-negara anggota UE.
Dalam pemungutan suara tersebut, 10 negara anggota UE memberikan dukungan terhadap pengenaan tarif ini, sementara lima negara lainnya menolak. Sebanyak 12 negara memilih untuk abstain. Dengan hasil ini, kebijakan tarif tersebut siap diterapkan mulai November 2024 dan akan berlaku selama lima tahun ke depan.
Menurut laporan dari Reuters, negara-negara seperti Prancis, Yunani, Italia, dan Polandia memberikan suara mendukung kebijakan tarif ini. Dukungan mereka cukup kuat untuk melawan sejumlah negara yang menentang, termasuk Jerman yang secara mengejutkan memilih untuk menentang kebijakan ini. Jerman juga abstain dalam pemungutan suara pertama yang dilakukan pada bulan Juli lalu.
Meskipun kebijakan ini bertujuan untuk melindungi produsen lokal, ada kekhawatiran bahwa tarif tersebut dapat meningkatkan harga kendaraan listrik bagi konsumen di Eropa. Keputusan ini juga memicu perpecahan pendapat di antara negara anggota UE, seperti Prancis dan Jerman, serta berisiko memicu perang dagang antara Brussels dan Beijing. Pemerintah Tiongkok telah mengecam tarif ini sebagai tindakan proteksionis.
Kekhawatiran Uni Eropa terhadap mobil listrik dari Tiongkok didasarkan pada beberapa faktor penting. Salah satunya adalah peningkatan pesat produksi dan ekspor mobil listrik oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok seperti BYD dan NIO. Mobil-mobil ini sering kali ditawarkan dengan harga yang lebih kompetitif dibandingkan dengan produsen Eropa, yang mengancam pangsa pasar mereka.
Selain itu, ada kekhawatiran mengenai praktik subsidi yang mungkin diberikan oleh pemerintah Tiongkok kepada produsen mobil listrik, sehingga membuat harga mobil-mobil tersebut lebih kompetitif. Uni Eropa khawatir hal ini dapat merusak persaingan yang adil di pasar otomotif dan mempengaruhi industri lokal.
Data menunjukkan bahwa pada bulan Agustus tahun ini, pendaftaran mobil listrik baterai di Uni Eropa turun sebesar 43,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini menjadi salah satu alasan bagi Uni Eropa untuk mulai menerapkan tarif tinggi terhadap mobil listrik asal Tiongkok.
Penerapan tarif ini dilakukan dengan tujuan untuk melindungi produsen lokal dan memastikan persaingan yang sehat di pasar otomotif. Uni Eropa berupaya menjaga daya saing industri otomotifnya, sekaligus mendukung transisi menuju kendaraan yang ramah lingkungan tanpa mengorbankan pekerjaan dan inovasi.