Jakarta – Ketegangan di Timur Tengah kembali membara setelah milisi Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman melancarkan serangan roket dan rudal balistik ke jantung wilayah Israel pada Selasa (22/10). Serangan ini menargetkan sejumlah pos militer Israel, termasuk pangkalan Glilot di Tel Aviv, yang menjadi sorotan dunia internasional.
Dalam pernyataannya, Hizbullah mengklaim bahwa serangan tersebut secara khusus menargetkan pangkalan militer Israel. Pangkalan Glilot, yang menjadi salah satu sasaran, dikenal sebagai markas intelijen militer Israel, Unit 8200. Sementara itu, juru bicara Houthi, Yahya Saree, menyatakan bahwa pihaknya juga berhasil menargetkan pangkalan militer Zionis di Tel Aviv pada hari yang sama. Namun, Saree tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai pangkalan militer yang diserang.
Pangkalan Glilot yang menjadi target serangan merupakan markas dari Unit 8200, unit intelijen militer Israel yang telah berdiri sejak 1948. Unit ini berada di bawah naungan Direktorat Intelijen Militer Israel dan sering dibandingkan dengan Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) serta Markas Besar Komunikasi Pemerintah Inggris (GCHQ).
Unit 8200 dikenal dengan operasi-operasi rahasianya, termasuk penyerangan siber, peretasan data, dan blokade teknologi. Selain itu, unit ini juga bertugas memata-matai warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Anggota Unit 8200 mayoritas adalah anak muda berusia awal 20-an yang berasal dari sekolah-sekolah ternama di Israel, menjadikan mereka sebagai personel terbaik dan tercerdas di militer Israel.
Unit 8200 telah terlibat dalam berbagai serangan berbasis teknologi. Salah satu insiden yang mencuat adalah ledakan pager di Lebanon pada 17 September lalu, di mana mereka diduga menanam bahan peledak ke dalam 5.000 pager yang dipesan Hizbullah. Selain itu, Unit 8200 juga disebut-sebut terlibat dalam serangan virus Stuxnet yang melumpuhkan sistem nuklir Iran pada 2010.
Unit ini juga diduga terlibat dalam serangan siber terhadap perusahaan telekomunikasi Lebanon, Ogero, pada 2017, serta penggagalan serangan ISIS terhadap pesawat sipil yang terbang dari Australia ke Uni Emirat Arab pada 2018. Namun, hingga saat ini, pemerintah Israel tidak pernah mengonfirmasi keterlibatan Unit Siber 8200 dalam semua serangan tersebut.
