Warga Israel Ingin Kembali Tinggal di Gaza, Menyebut Wilayah Itu Sudah Tak Berpenghuni

Husni Rachma
3 Min Read

HALUAN.CO – Ratusan warga Israel, bersama kelompok nasionalis sayap kanan, mengadakan pawai di sekitar wilayah perbatasan Gaza pada awal Agustus 2025. Mereka menuntut dibukanya kembali pemukiman Yahudi di Gaza, tidak lama setelah serangan militer besar-besaran yang dilancarkan Israel selama hampir dua minggu.

Salah satu demonstran menyatakan bahwa Gaza kini adalah wilayah kosong dari warga Palestina dan siap untuk dihuni kembali oleh orang Yahudi.

Pernyataan tersebut memicu reaksi keras, terlebih di tengah situasi Gaza yang mengalami kehancuran besar pasca serangan yang dituduh sebagai bentuk genosida. Diperkirakan lebih dari 3.000 warga Palestina telah tewas, dan ribuan lainnya terusir dari rumah mereka.

Dalam aksi yang berlangsung di wilayah dekat pagar pembatas, para peserta membawa bendera Israel serta spanduk bertuliskan “Kembali ke Gaza” dan “Tanah ini milik kami”. Beberapa juga meneriakkan, “Tidak ada lagi Hamas, tidak ada lagi Palestina — hanya Israel.”

“Ini tanah kami. Hamas sudah pergi, dan sekarang waktunya kami kembali,” kata Avraham Ben-Tzion kepada wartawan.

“Kami harus membangun kembali komunitas Yahudi di Gaza. Wilayah ini sekarang kosong dari warga Palestina. Ini adalah kesempatan yang diberikan oleh Tuhan,” katanya lebih lanjut.

Berita Lainnya  Trump Menang Lagi! Apa Rencana AS untuk Palestina?

Dukungan dari pejabat pemerintah

Dukungan atas wacana ini juga datang dari kalangan parlemen Israel. Tzvi Sukkot, anggota legislatif dari Partai Zionisme Religius, hadir dan menyampaikan orasi.

“Sekarang Gaza telah dibersihkan dari ancaman, sudah seharusnya wilayah ini kembali menjadi tempat tinggal rakyat Israel,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa langkah-langkah konkret seperti pembangunan permukiman dan keberadaan militer di Gaza perlu segera dilaksanakan.

Solusi dua negara semakin terancam

Seruan ini dianggap mengancam proses perdamaian yang mengandalkan pendekatan dua negara. Perundingan yang sebelumnya dijalankan dengan dukungan internasional kini nyaris berhenti sejak perang terakhir Israel–Hamas meletus.

Mustafa Barghouti, pemimpin Inisiatif Nasional Palestina, mengecam keras perkembangan tersebut.

“Ini adalah bentuk pembersihan etnis yang terang-terangan. Mereka membunuh warga kami, menghancurkan rumah kami, lalu berdiri di atas puing-puingnya dan mengklaim tanah itu milik mereka,” tuturnya.

Ia menilai langkah itu bukan sekadar pemukiman biasa, tapi bagian dari rencana sistematis untuk menghapus eksistensi rakyat Palestina dari Gaza.

Tanggapan dunia dan krisis kemanusiaan

Militer Israel belum memberikan respons resmi. Namun, berbagai negara dan lembaga dunia menyampaikan keprihatinan mendalam.

Berita Lainnya  LSM Global Desak Gencatan Senjata, Soroti Krisis Kelaparan di Gaza

PBB menegaskan bahwa pendirian permukiman Yahudi di Gaza bertentangan dengan hukum internasional dan berisiko menimbulkan ketidakstabilan jangka panjang.

Uni Eropa juga mengingatkan Israel agar memenuhi tanggung jawab kemanusiaan dan menghindari tindakan yang memperburuk ketegangan.

Sementara itu, kondisi di Gaza masih memprihatinkan. Warga hidup di tempat pengungsian darurat, kekurangan air bersih dan layanan medis. Rumah sakit masih kewalahan menangani korban, dan banyak anak-anak mengalami dampak psikologis serius.

Namun di tengah bencana ini, ada pihak yang justru melihat celah untuk menghapus eksistensi Palestina dari peta.

“Ini bukan soal perang melawan Hamas,” ujar Barghouti,
“Ini adalah perang untuk menguasai tanah yang bukan milik mereka,” tegasnya.

Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *