Jakarta – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, baru-baru ini mengemukakan pandangannya mengenai fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) yang kian marak di Indonesia. Walaupun angka PHK meningkat, Sri Mulyani menegaskan bahwa pembukaan lapangan kerja baru tetap berlangsung, menandakan adanya dinamika dalam pasar tenaga kerja.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa kondisi ekonomi saat ini harus dilihat secara menyeluruh. Menurutnya, perekonomian Indonesia sedang mengalami transformasi signifikan. Salah satu indikatornya adalah masuknya investasi asing ke sektor hilirisasi. Sektor ini memiliki pola penyerapan tenaga kerja yang berbeda dibandingkan dengan industri padat karya seperti tekstil dan alas kaki.
Di tengah perubahan ini, Sri Mulyani juga menyoroti munculnya peluang kerja baru di sektor digital. Sektor ini menawarkan kesempatan bagi tenaga kerja yang mungkin terdampak oleh PHK di industri tradisional. Transformasi digital menjadi salah satu pilar penting dalam menciptakan lapangan kerja baru yang lebih relevan dengan perkembangan zaman.
Berdasarkan data dari Kementerian Ketenagakerjaan, jumlah PHK mencapai 45 ribu kasus dari awal tahun hingga akhir Agustus. Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial (PHI Jamsos) Kemnaker, Indah Anggoro Putri, menyatakan bahwa angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Indah Anggoro Putri mengungkapkan bahwa sektor yang paling banyak mengalami PHK adalah manufaktur atau industri pengolahan, termasuk tekstil, garmen, dan alas kaki. Wilayah yang paling terdampak oleh PHK ini adalah Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Barat. Hal ini menunjukkan bahwa industri padat karya masih rentan terhadap perubahan ekonomi global dan domestik.
