Jakarta – Serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober dipandang oleh banyak pihak dalam organisasi tersebut sebagai sebuah “salah perhitungan”. Serangan ini dilaporkan telah menyebabkan konsekuensi parah bagi Gaza dan merusak upaya pembangunan negara Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Hal ini diungkapkan oleh The Economist, sebagaimana dilaporkan oleh RT, pada Senin (5/8/2024). Publikasi tersebut mengutip seorang jurnalis Palestina yang memiliki sumber yang dekat dengan Mohammed Daraghmeh, pemimpin Hamas. Menurut The Economist, perang yang berlangsung selama sepuluh bulan dengan Israel telah mengurangi reputasi Hamas dalam menjaga ketertiban di Gaza.
The Economist juga menggambarkan adanya perubahan pikiran yang tampak jelas dalam Hamas. Organisasi ini kini lebih terlihat sebagai gerakan politik daripada gerakan jihadis. Perubahan ini mencerminkan upaya Hamas untuk menyesuaikan diri dengan dinamika politik yang lebih luas di kawasan tersebut.
Seperti yang diketahui bahwa Haniyeh dan pengawalnya tewas di Teheran, Iran pekan lalu. Dalam investigasi terbaru yang dilakukan oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Haniyeh tewas akibat serangan rudal “proyektil jarak pendek” yang menyebabkan “ledakan hebat” di luar wisma tempat ia menginap. Dalam sebuah pernyataan, IRGC mengklaim bahwa proyektil jarak pendek yang dilaporkan menewaskan Haniyeh memiliki hulu ledak sekitar tujuh kilogram, berdasarkan “investigasi dan penelitian yang dilakukan”. IRGC juga menyebut Israel “akan secara tegas menerima tanggapan atas kejahatan ini,” yang merupakan “hukuman berat” yang akan datang pada “waktu, tempat, dan cara yang tepat”.