Jakarta – Harga batu bara terus menanjak dengan pesat, didorong oleh keputusan pemangkasan suku bunga oleh Amerika Serikat (AS) yang berimbas pada pelemahan indeks dolar (DXY). Berdasarkan data Refinitiv, pada penutupan perdagangan Jumat (8/11/2024), harga batu bara acuan ICE Newcastle untuk kontrak Desember mengalami kenaikan sebesar 0,80% mencapai level US$ 144,25 per ton. Ini menandai penguatan selama dua hari berturut-turut setelah sebelumnya mencapai US$ 143,10 per ton.
Keputusan The Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga sebesar 25 basis points (bps) dalam pertemuan FOMC pekan ini menjadi faktor utama yang mendorong kenaikan harga batu bara. Pemangkasan ini menurunkan suku bunga ke kisaran 4,50-4,75%, memberikan dorongan baru pada pasar komoditas, termasuk batu bara. Ini merupakan pemangkasan kedua setelah sebelumnya The Fed memangkas 50 bps pada bulan September.
Pelemahan indeks dolar tercermin pada penutupan Jumat dengan koreksi sebesar 0,75% di level 104. Melemahnya DXY membuat komoditas yang diperdagangkan dalam dolar menjadi lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga meningkatkan permintaan. Kondisi ini memberikan keuntungan bagi pelaku industri energi yang telah mengalami tekanan selama beberapa bulan terakhir.
Kenaikan harga batu bara ini memberikan angin segar bagi industri energi, yang sebelumnya mengalami tekanan akibat berbagai faktor global. Jika sentimen global terus mendukung, tren positif ini berpotensi untuk berlanjut, memberikan keuntungan lebih lanjut bagi para pelaku industri. Para analis memperkirakan bahwa jika kondisi ekonomi global tetap stabil, harga batu bara dapat terus mengalami penguatan dalam beberapa bulan mendatang.