Jakarta – Deputi Protokol dan Media Sekretariat Presiden, Yusuf Permana, menegaskan bahwa serangkaian permohonan maaf yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo merupakan manifestasi dari tanggung jawab yang diemban sebagai Kepala Negara. Yusuf menekankan bahwa permohonan maaf tersebut adalah bagian dari komitmen Jokowi terhadap prinsip keterbukaan dan akuntabilitas yang menjadi fondasi kepemimpinannya.
Yusuf menjelaskan bahwa deretan permohonan maaf yang disampaikan Jokowi di berbagai kesempatan dan lokasi menunjukkan keseriusan Presiden dalam merefleksikan kebijakan yang telah dijalankan. Sebagai mantan staf pribadi Ketua MPR Taufik Kiemas, Yusuf melihat bahwa Jokowi telah menunjukkan integritas, kenegarawanan, serta kepedulian yang mendalam terhadap tanggung jawab yang diembannya.
Dalam kurun waktu tiga bulan menjelang purna tugas pada 20 Oktober 2024, tercatat delapan kali Jokowi menyampaikan permintaan maaf. Terbaru, permohonan maaf disampaikan kepada masyarakat di Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Pasar Kefamenanu, Timor Tengah Utara, NTT, pada Rabu, 2 Oktober 2024. Pada kesempatan tersebut, Jokowi memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan selama menjabat sebagai Presiden.
Permintaan maaf yang disampaikan Jokowi bukan sekadar formalitas, melainkan mencerminkan komitmen yang tulus terhadap rakyat Indonesia. Dengan mengakui kesalahan dan berusaha memperbaikinya, Jokowi menunjukkan bahwa kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang berani bertanggung jawab dan terbuka terhadap kritik.
