Jakarta – Salah satu kader Nahdlatul Ulama (NU), Zainul Maarif, menceritakan pertemuannya dengan Presiden Israel, Isaac Herzog, yang berlangsung selama 20 menit di Israel pada Rabu, 3 Juli 2024. Pertemuan ini menjadi sorotan karena Zainul menyampaikan harapannya agar Israel segera menghentikan serangan terhadap Palestina.
Dalam pertemuan tersebut, Zainul menyatakan harapannya kepada Herzog untuk segera melakukan perdamaian. Menurutnya, permintaan ini sejalan dengan konstitusi Indonesia yang menginginkan perdamaian dunia. Zainul menegaskan bahwa tindakan Israel yang terus menggempur Palestina harus segera dihentikan.
Zainul mengakui bahwa ada pihak yang meremehkan dirinya ketika melakukan diplomasi perdamaian di hadapan Presiden Israel. Ia menyadari bahwa dirinya bukanlah sosok yang hebat dan bukan siapa-siapa saat ini. Namun, ia menegaskan bahwa setiap orang memiliki kewajiban intelektual dan ajaran agama untuk menyatakan kebenaran.
Zainul menegaskan bahwa dirinya bukanlah orang yang pro terhadap Israel. Ia menganggap dirinya sebagai orang yang pro kemanusiaan. Baginya, tindakan Israel yang menyerang jalur Gaza belakangan ini sangat biadab dan tidak dapat diterima.
Zainul Maarif bersama tiga orang lainnya telah diberhentikan dari pengurus Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PWNU DKI Jakarta. Zainul dipecat dari pengurus karena bertemu dengan Presiden Israel, sementara tiga lainnya diberhentikan karena aktif di organisasi RAHIM.
Pertemuan Zainul dengan Presiden Israel menimbulkan kontroversi dan berbagai reaksi dari publik. Banyak yang mempertanyakan motif di balik pertemuan tersebut dan dampaknya terhadap hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel. Namun, Zainul tetap teguh pada pendiriannya bahwa pertemuan tersebut dilakukan demi kemanusiaan dan perdamaian.