Jakarta – Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, melontarkan tuduhan serius terhadap Rusia terkait keterlibatan tentara Korea Utara dalam konflik yang sedang berlangsung. Zelensky menuduh bahwa Rusia telah melakukan tindakan ekstrem dengan membakar wajah tentara Korea Utara untuk menyembunyikan keterlibatan mereka dalam membantu pasukan Rusia, yang dikenal sebagai Negeri Beruang Merah, dalam perang ini.
Menurut Zelensky, Rusia telah berusaha keras untuk merahasiakan kehadiran tentara Korea Utara, bahkan selama pelatihan militer. Ia menambahkan bahwa militer Rusia juga berupaya menghapus semua bukti video yang menunjukkan kehadiran tentara Korea Utara di medan perang. Tuduhan ini menambah ketegangan dalam konflik yang sudah memanas antara kedua negara.
Zelensky juga membagikan sebuah video berdurasi 30 detik sebagai bukti dari tuduhan yang dilontarkannya. Dalam video tersebut, pada detik ke-24, terlihat sekelompok orang membakar sesuatu yang tampak seperti mayat di lereng yang dipenuhi salju. Namun, hingga saat ini, keaslian video tersebut belum dapat diverifikasi secara independen.
Lebih lanjut, Zelensky menegaskan bahwa tidak ada alasan bagi warga Korea Utara untuk berjuang dan mati demi Presiden Rusia, Vladimir Putin. Pernyataan ini menyoroti ketidakpuasan dan pertanyaan mengenai motivasi di balik keterlibatan tentara Korea Utara dalam konflik ini.
Sebelum melontarkan tuduhan ini, Zelensky sempat mengklaim bahwa Ukraina memiliki bukti kuat mengenai keterlibatan tentara Korea Utara. Tak lama setelah itu, militer Ukraina merilis foto dan rekaman yang menunjukkan belasan tentara Korea Utara dan pasukan Rusia tewas di perbatasan Kursk. Media Ukraina, Ukrainska Pravda, melaporkan bahwa jenazah para tentara tersebut terekam dalam drone dengan kondisi tertutup salju, tewas dalam serangan di perbatasan pada Sabtu (14/12).
Keterlibatan pasukan Korea Utara dalam perang Rusia-Ukraina menjadi sorotan dunia dan memicu kekhawatiran akan stabilitas global. Beberapa pihak menyebut pengerahan tentara Korea Utara ini sebagai provokasi yang dapat mengganggu keseimbangan dan keamanan internasional. Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari Rusia maupun Korea Utara mengenai tuduhan ini.