Jakarta – Presiden Joko Widodo, yang akrab disapa Jokowi, kembali menyoroti bahwa Istana Negara di Jakarta, Bogor, dan Yogyakarta merupakan peninggalan kolonial Belanda. Hal ini menjadi salah satu alasan utama Jokowi ingin memindahkan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur.
Jokowi mengungkapkan perasaannya ketika menerima kunjungan presiden, perdana menteri, atau tamu negara lainnya di Istana Kepresidenan di Jakarta maupun Bogor. Ia merasa rendah diri karena bangunan tersebut merupakan peninggalan masa kolonial Hindia Belanda. Menurutnya, baik Istana Jakarta, Bogor, maupun Yogyakarta semuanya adalah bangunan dan warisan kolonial.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Jokowi menjelaskan bahwa ide pemindahan IKN sebenarnya sudah muncul sejak era Presiden Sukarno. Namun, setelah dilantik pada 2014, Jokowi secara khusus meminta Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk mengkaji kembali gagasan ini.
Setelah melalui beberapa kajian, Jokowi menyebut ada tiga kandidat calon Ibu Kota baru, salah satunya adalah Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur. Setelah keputusan memilih Kalimantan Timur, mantan gubernur Jakarta ini menyampaikan izin kepada DPR.
Pernyataan Jokowi terkait Istana Jakarta sebagai warisan kolonial bukanlah yang pertama kali. Ketika memberi arahan kepada kepala daerah di Istana Garuda IKN pada Selasa, 13 Agustus 2024, Jokowi sempat menyinggung bau kolonial dari Istana warisan Hindia Belanda.
Sejarawan J.J. Rizal mengkritik pernyataan Jokowi soal bau kolonial di Istana Jakarta maupun Bogor. Pendiri Penerbit Komunitas Bambu ini menyangkal bahwa hal yang berkaitan dengan kolonial hanya berkaitan dengan bangunan saja. Lulusan Fakultas Sastra Universitas Indonesia ini mencontohkan bahwa meskipun pemerintah kolonial Belanda dan Jepang bisa pergi, budaya korupsi, kolusi, nepotisme, dan eksploitasi bisa bertahan lebih lama.
