Jakarta – Pada pagi hari Senin, 7 Oktober, nilai tukar rupiah tercatat berada di level Rp15.640 per dolar AS. Mata uang Garuda mengalami penurunan sebesar 155 poin atau setara dengan 1 persen dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan adanya tekanan yang cukup signifikan terhadap rupiah di pasar valuta asing.
Sementara itu, di kawasan Asia, beberapa mata uang menunjukkan penguatan. Yen Jepang, Dolar Singapura, Dolar Hong Kong, dan Won Korea Selatan mengalami kenaikan nilai. Namun, tidak semua mata uang Asia mengalami nasib yang sama. Baht Thailand, Yuan China, dan Peso Filipina justru melemah pada pembukaan perdagangan pagi ini.
Analis pasar, Lukman Leong, mengemukakan bahwa pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh data ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan hasil positif. Selain itu, ketegangan yang semakin memanas di Timur Tengah turut memberikan tekanan tambahan terhadap nilai tukar rupiah. Situasi geopolitik yang tidak menentu sering kali berdampak pada pergerakan mata uang, termasuk rupiah.
Para investor saat ini juga tengah menantikan rilis data cadangan devisa Indonesia yang dijadwalkan akan diumumkan oleh Bank Indonesia pada siang hari ini. Data ini sangat penting karena dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan negara dalam mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah di tengah gejolak pasar global.
Lukman Leong memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah akan bergerak dalam rentang Rp15.500 hingga Rp15.700 per dolar AS pada hari ini. Rentang ini mencerminkan adanya potensi fluktuasi yang cukup lebar, mengingat berbagai faktor eksternal yang mempengaruhi pasar saat ini.