Tel Aviv – Para petinggi pemerintahan Israel dikabarkan sedang mengadakan diskusi intensif dengan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, serta menantunya, Jared Kushner. Tujuan dari perbincangan ini adalah untuk merundingkan kesepakatan gencatan senjata segera di Lebanon, dengan dukungan dari negara-negara Barat dan Rusia. Langkah ini diharapkan dapat memberikan kemenangan awal bagi kebijakan luar negeri Trump, yang akan resmi menjabat sebagai Presiden AS pada Januari mendatang.
Informasi ini pertama kali dilaporkan oleh Al Arabiya pada Jumat (15/11/2024), berdasarkan laporan dari media terkemuka The Washington Post. Laporan tersebut mengutip tiga pejabat aktif dan mantan pejabat Israel yang memiliki pengetahuan mendalam mengenai pembicaraan ini. The Washington Post mengungkapkan bahwa Menteri Urusan Strategis Israel, Ron Dermer, yang merupakan bagian dari pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, telah mengunjungi Mar-a-Lago sebagai bagian dari kunjungannya ke AS pada Minggu (10/11). Kunjungan ini dilakukan sebelum pertemuan dengan pejabat pemerintahan Presiden Joe Biden di Gedung Putih untuk membahas situasi di Lebanon.
Menurut laporan The Washington Post, kesepakatan gencatan senjata yang diusulkan mengharuskan para petempur Hizbullah untuk mundur dari area Sungai Litani. Militer Lebanon akan mengambil alih kendali zona perbatasan selama 60 hari, dengan pengawasan dari AS dan Inggris. Sungai Litani sendiri merupakan tepi utara dari zona penyangga yang diawasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan ditetapkan setelah konflik Israel-Hizbullah pada tahun 2006.
Aspek yang lebih luas dari kesepakatan ini mirip dengan negosiasi sebelumnya dan sejalan dengan keinginan Trump untuk mengakhiri perang multifront Israel di Timur Tengah. Namun, menurut pejabat dari kedua negara, proposal ini belum secara resmi diserahkan kepada Hizbullah. Proposal tersebut juga mengusulkan agar militer Israel dapat beroperasi melintasi perbatasan jika terjadi pelanggaran terhadap kesepakatan.
Jika perundingan ini gagal, Tel Aviv siap untuk meningkatkan operasi militer di Lebanon. Laporan menyebutkan bahwa operasi darat yang sedang berlangsung telah menyebabkan banyak korban jiwa di kedua belah pihak. Hizbullah, menurut sumber yang dekat dengan kelompok militan tersebut, bersedia melakukan gencatan senjata sementara jika melibatkan penarikan pasukan Israel dari wilayah Lebanon. Namun, pejabat Lebanon menolak persyaratan yang mengizinkan operasi militer Israel di Lebanon.
Jika kesepakatan ini tercapai, hal ini akan memberikan Trump keberhasilan awal dalam kebijakan luar negerinya saat dia bersiap kembali ke Gedung Putih. Trump sendiri telah berulang kali menyatakan dalam kampanyenya bahwa dia ingin mengakhiri perang di Timur Tengah. Namun, dampak dari proposal gencatan senjata di Lebanon terhadap perundingan gencatan senjata dan pembebasan sandera di Jalur Gaza yang terhenti masih belum jelas.
Sementara itu, Netanyahu lebih fokus memperkuat hubungan dengan Trump daripada dengan Biden, yang berupaya mewujudkan gencatan senjata sebelum masa jabatannya berakhir. Meskipun nantinya upaya Biden berhasil, Trump akan bisa dengan mudah mengklaimnya sebagai keberhasilan diplomatiknya.
Laporan The Washington Post ini dipublikasikan setelah Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa tidak akan ada gencatan senjata di Lebanon dan bersumpah untuk terus menyerang Hizbullah.