Florida – Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, melontarkan ancaman keras kepada kelompok Hamas yang terlibat konflik dengan Israel di Jalur Gaza. Trump menuntut agar Hamas segera membebaskan para sandera sebelum pelantikannya pada 20 Januari mendatang, dengan peringatan bahwa kegagalan untuk melakukannya akan mengakibatkan kekacauan.
Konferensi pers ini merupakan yang pertama kali diadakan Trump setelah memenangkan pemilihan presiden AS pada November lalu. Dalam kesempatan tersebut, Trump menegaskan bahwa jika tidak ada kesepakatan gencatan senjata yang tercapai saat ia kembali menjabat sebagai Presiden AS, maka “situasinya tidak akan menyenangkan”. Namun, Trump tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai maksud dari pernyataannya tersebut.
Dalam konferensi pers yang sama, Trump juga mengungkapkan bahwa ia telah melakukan “pembicaraan yang sangat baik” dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengenai situasi perang di Jalur Gaza. Perang di wilayah tersebut telah berkecamuk sejak Oktober tahun lalu, setelah Hamas dan sekutu militan lainnya melancarkan serangan mengejutkan terhadap Israel. Otoritas Tel Aviv melaporkan sekitar 1.200 orang tewas dan lebih dari 250 orang, termasuk warga negara Israel-Amerika, disandera usai serangan tersebut.
Lebih dari 100 sandera telah dibebaskan saat gencatan senjata singkat diberlakukan di Jalur Gaza pada November tahun lalu, juga dalam operasi penyelamatan oleh militer Israel. Saat ini, diperkirakan sekitar 100-an sandera masih ditahan di Jalur Gaza, dengan hanya separuhnya yang diyakini masih hidup. Berbagai upaya dilakukan untuk memulangkan seluruh sandera dari Gaza, yang turut dibahas dalam perundingan gencatan senjata, namun belum membuahkan hasil sejauh ini.
Baru-baru ini, Presiden AS Joe Biden, yang akan segera mengakhiri masa jabatannya, mengirimkan lebih banyak pejabat seniornya ke kawasan tersebut dalam upaya mengamankan kesepakatan gencatan senjata.