Haluan.co – Kemajuan penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) menjadi prioritas dan andalan untuk Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI).
Minggu, (2/4/2023), meski diwaktu libur, Kepala BP2MI, Benny Rhamdani melepas PMI yang akan diberangkatkan ke Jerman dengan program G to G.
“Hari ini 4 (empat) PMI kita berangkatkan resmi oleh negara untuk bekerja di Jerman. Mereka adalah pekerja handal di sektor kesehatan sebagai perawat. Selamat bekerja, kalian orang-orang terpilih. Kami berharap PMI yang berangkatnya resmi seperti ini menjadi corong informasi. Minimal melakukan testimoni melalui video untuk menghimbau agar masyarakat Indonesia yang mau bekerja ke Luar negeri mengikuti jalur resmi,” ujar Benny dalam sambutannya di Lounge PMI, Bandara Soekarno Hatta, Tangerang Selatan.
Benny menyampaikan BP2MI terus mendorong agar PMI ditempatkan secara resmi, tidak dieksploitasi sindikat.
Menghindari hal tersebut, perbaikan tata kelola penempatan PMI menjadi konsen Benny.
Menurutnya PMI harus diselamatkan dari praktek perbudakan modern.
“Alhandulillah ikhtiar maksimal kita lakukan untuk mengangkat derajat PMI. Dahulu, tak seperti ini pelepasannya. BP2MI lebih transparan dalam melayani publik. Untuk kerja yang baik di internal, saya pecat pegawai BP2MI belum lama ini yang diketahui memfasilitasi penempatan ilegal PMI,” tutur Benny tegas.
Benny menyebut, PMI yang berangkatnya resmi layak dimuliakan negara.
Kepala BP2MI mengingatkan agar PMI dan keluarganya tidak terlibat penempatan yang dimotori sindikat.
Lanjut dipaparkan Benny, BP2MI telah membangun Lounge dan Fast track sebagai bentuk keberpihakan negara.
“Berbagai fasilitas kita bangun tak lain adalah untuk PMI. Insya Allah dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi PMI keluarganya. Banyak hal yang mau saya lakukan. Namun semua tidak bisa secepat seperti yang saya bayangkan. Kita punya keterbatasan anggaran yang luar biasa. Saya mau beri karya untuk PMI, tapi saya juga punya kekurangan. Walau begitu, saya bekerja semaksimal mungkin demi kemajuan PMI. Tak hanya itu. Perubahan-perubahan telah kami mulai,” kata Benny menutup.
Bagi Benny, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang berani mengambil keputusan.
Sementara, pemimpin yang buruk adalah pemimpin tidak berani mengambil keputusan, memilih aman atau mengambil zona aman.
Kalau kita salah, akan ada koreksi dan perbaikan. Lebih baik salah, lalu kita lakukan perbaikan terus-menerus. ***