Jakarta – Konflik antara China dan Taiwan semakin memanas seiring dengan meningkatnya tekanan militer dari China. Di tengah situasi ini, Taiwan mendapatkan dukungan dari Amerika Serikat dalam bentuk pengiriman puluhan tank untuk menghadapi potensi serangan dari negara tetangganya tersebut.
Sejak lama, Washington telah menjadi sekutu terpenting dan pemasok senjata terbesar bagi Taipei. Hal ini memicu kemarahan dari pihak China, yang terus mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya. Pada Senin (16/12/2024), Kementerian Pertahanan Taiwan mengumumkan bahwa sebanyak 38 unit tank jenis M1A2 Abrams telah tiba di Taiwan pada Minggu (15/12) malam. Tank-tank tersebut telah dipindahkan ke pangkalan pelatihan militer di Hsinchu, selatan Taipei.
Pengiriman 38 unit tank ini merupakan batch pertama dari total 108 unit yang dipesan Taiwan dari Amerika Serikat sejak tahun 2019. Tank Abrams, yang dikenal sebagai salah satu tank terberat di dunia, telah menjadi andalan militer AS selama ini. Menurut laporan dari Central News Agency, pengiriman ini menandai pertama kalinya dalam 30 tahun terakhir Taiwan menerima tank-tank baru dari AS.
Saat ini, kekuatan tank Taiwan terdiri dari 1.000 unit tank CM 11 Brave Tiger buatan dalam negeri dan tank M60A3 buatan AS, yang teknologinya dianggap sudah usang. Pemerintah Taipei telah mengalokasikan dana lebih dari US$ 1,2 miliar (sekitar Rp 19,2 triliun) untuk pembelian 108 unit tank Abrams ini. Hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari pihak China terkait pasokan tank AS yang diterima Taiwan.
Taiwan terus menghadapi ancaman invasi dari China, yang tidak mengesampingkan penggunaan kekerasan untuk membawa Taipei di bawah kendalinya. Meskipun Taiwan memiliki industri pertahanan dalam negeri dan telah meningkatkan peralatan militernya, negara ini masih sangat bergantung pada penjualan senjata dari AS untuk memperkuat kemampuan keamanannya.
Taiwan meminta pasokan tank M1A2 yang canggih dari AS pada tahun 2019. Menurut seorang pejabat militer setempat kepada AFP, sisa pesanan Taipei diperkirakan akan dikirimkan pada tahun 2025 dan 2026 mendatang. Dalam skenario perang dengan China, Taiwan diperkirakan akan kalah dalam jumlah pasukan dan daya tembak. Oleh karena itu, dalam beberapa tahun terakhir, Taipei telah meningkatkan anggaran militernya.
Taiwan mengalokasikan anggaran sebesar US$ 19 miliar untuk tahun ini, dan anggaran tahun depan diperkirakan akan mencapai angka tertinggi baru.