Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan pandangannya terkait deflasi sebesar 0,03 persen secara bulanan yang terjadi pada Agustus 2024. Ini merupakan deflasi keempat berturut-turut sejak Mei tahun ini.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa dalam pengukuran inflasi inti atau core inflation, tidak terlihat adanya penurunan daya beli yang signifikan terkait deflasi ini. Menurutnya, deflasi yang terjadi lebih disebabkan oleh penurunan harga pangan, yang memang menjadi fokus perhatian pemerintah.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan harga pangan agar tidak memicu inflasi. Sri Mulyani menegaskan bahwa penurunan harga-harga yang menyebabkan deflasi ini merupakan tren positif. Namun, pemerintah tetap akan waspada terhadap pergerakan inflasi di masa mendatang.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi pada Agustus 2024 sebanyak 0,03 persen secara bulanan. Sementara itu, secara tahunan, inflasi tercatat sebesar 2,12 persen. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyatakan bahwa ini merupakan deflasi keempat yang dialami Indonesia sepanjang tahun 2024.
Pada Juli 2024, Indonesia mengalami deflasi sebanyak 0,18 persen secara bulanan. Di sisi lain, secara tahun kalender, terjadi inflasi sebesar 0,87 persen pada Agustus 2024. Pudji merinci bahwa penyumbang terbesar deflasi bulanan berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,52 persen, yang memberikan andil 0,15 persen terhadap deflasi yang terjadi.
BPS mencatat bahwa dalam lima tahun terakhir, selalu terjadi deflasi pada bulan Agustus, kecuali pada tahun 2021. Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan harga komoditas komponen harga bergejolak. Pudji menambahkan bahwa komoditas utama penyumbang deflasi Agustus 2024 adalah bawang merah, daging ayam ras, tomat, dan telur ayam ras. Masing-masing komoditas tersebut menyumbang andil deflasi sebesar 0,08 persen, 0,03 persen, dan 0,03 persen.