Jakarta – Rodrigo Duterte, mantan pemimpin tertinggi Filipina, melontarkan pernyataan lantang yang mendesak angkatan bersenjata Filipina untuk memperbaiki tata kelola pemerintahan negara tersebut. Menurut Duterte, pemerintahan saat ini mengalami banyak keretakan internal yang membuatnya tampak ‘rapuh’.
Kendati kritiknya tajam, Duterte menegaskan bahwa ia tidak menginginkan militer untuk menggulingkan pemerintahan yang sedang berjalan. Ia juga menolak ide pembentukan Junta Militer untuk mengambil alih kekuasaan saat ini.
Lebih jauh, Duterte mengkritik militer Filipina yang terus memberikan dukungan kepada Presiden Ferdinand ‘Bongbong’ Marcos Jr. Menurutnya, Marcos gagal dalam menjalankan pemerintahan dengan baik, dan dukungan militer terhadapnya dianggap tidak tepat.
Pernyataan Duterte ini semakin memperuncing perpecahan yang terjadi di dalam pemerintahan Filipina. Situasi politik di negara tersebut semakin memanas, terutama setelah ancaman pembunuhan yang dilontarkan oleh Sara Duterte, Wakil Presiden Filipina, terhadap Presiden Marcos.
Sebelumnya, Sara Duterte membuat pernyataan kontroversial dengan meminta agar Presiden Marcos dibunuh jika dirinya terbunuh. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah konferensi pers dengan media Dewan Perwakilan Rakyat Filipina.
Menurut laporan dari CNA, Sara Duterte mengaku telah berbicara dengan seorang pembunuh bayaran dan memberikan instruksi untuk membunuh Marcos, istrinya, serta pembicara dari DPR Filipina jika ia dibunuh.