Jakarta – Ketegangan di Timur Tengah semakin memanas setelah serangan balasan antara Israel dan kelompok Houthi dari Yaman. Serangan yang dimulai oleh Houthi ke Tel Aviv dibalas dengan bombardir Israel di Hodeidah.
Pasukan Israel mengumumkan keberhasilan mereka dalam mencegat rudal balistik yang ditembakkan oleh Houthi, yang menargetkan kota selatan Eilat. Sistem pertahanan rudal jarak jauh Arrow 3 berhasil mencegat rudal tersebut di luar wilayah udara Israel, meskipun sirene peringatan berbunyi untuk mengingatkan penduduk setempat tentang kemungkinan jatuhnya pecahan rudal.
Di sisi lain, juru bicara militer Houthi, Brigadir Jenderal Yahya Saree, menyatakan bahwa militan Houthi meluncurkan beberapa rudal balistik ke arah Eilat dan juga menargetkan kapal Amerika di Laut Merah dengan rudal dan drone. Saree menyebut kedua serangan tersebut sebagai “berhasil”.
Serangan terhadap kota pelabuhan Eilat terjadi setelah serangan udara Israel yang menghantam fasilitas minyak dan pembangkit listrik di dekat Hodeidah.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa Israel memilih target di Hodeidah karena pelabuhan itu digunakan untuk tujuan militer. Penargetan fasilitas pelabuhan Hodeidah memicu kekhawatiran akan pengiriman bantuan internasional ke Yaman, di mana jutaan orang menghadapi kelaparan dan diperkirakan 18,2 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Pasukan Israel menyerang Hodeidah sebagai respons terhadap serangan drone langka di Tel Aviv pada Jumat dini hari, yang menewaskan satu orang dan melukai 10 lainnya.
Netanyahu berada di bawah tekanan yang makin meningkat di dalam negeri, termasuk dari publik Israel dan pimpinan militer, untuk menyetujui kesepakatan gencatan senjata yang akan membebaskan beberapa dari perkiraan 116 sandera yang masih ditahan oleh Hamas dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina di penjara Israel dan penghentian pertempuran.