Jakarta – Tawakal adalah konsep penting dalam Islam yang berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, tanpa bergantung pada makhluk atau benda lain. Dalam ajaran Islam, manusia hanya bisa berusaha, sementara hasil akhir ditentukan oleh Allah. Oleh karena itu, manusia harus berserah diri dan memohon pertolongan kepada-Nya.
Namun, tawakal kepada Allah tidak berarti penyerahan diri secara pasif. Tawakal harus disertai dengan usaha. Hal ini sangat jelas terlihat dalam sikap Nabi Muhammad SAW ketika menegur seseorang yang hanya mengandalkan tawakal tanpa mau berusaha.
Menurut cerita dari sahabat Nabi SAW, Anas bin Malik, suatu hari ada seorang laki-laki yang berhenti di depan masjid untuk menemui Rasulullah. Unta tunggangannya dilepas begitu saja tanpa diikat. Rasulullah bertanya, “Mengapa unta itu tidak diikat?”
Lelaki itu menanggapi, “Saya lepaskan unta itu karena saya percaya pada perlindungan Allah SWT.”
Lantas Rasulullah lalu menegur dengan bijaksana, “Ikatlah unta itu, sesudah itu barulah kamu bertawakal.” Lelaki itu pun lalu mengikat untanya di sebuah pohon kurma. Penggambaran yang gamblang mengenai tawakal ini menjelakan bahwa setelah manusia berusaha, barulah hasilnya dipasrahksn kepada ketentuan Allah. Itulah makna tawakal menurut ajaran Islam.
Jika, misalnya, seperti dalam kasus di atas, unta itu sudah diikat namun tetap hilang, itulah yang dinamakan takdir. Terhadap keputusan takdir, tidak ada yang bisa kita lakukan kecuali menerimanya dengan tulus ikhlas, sembari berharap bahwa di balik takdir itu ada manfaat yang lebih besar bagi kita.
Dalam kehidupan sehari-hari, hal-hal kecil juga menjadi perhatian Rasulullah SAW. Sebagai contoh, dalam mendirikan rumah, agar dilengkapi dengan jendela dan pintu, tidak membiarkan ruangan rumah bebas terbuka. Semua itu, meski mungkin tampak remeh, memberi isyarat tentang makna tawakal.
Membiarkan kondisi rumah sampai larut malam tanpa dikunci, sementara seisi rumah tertidur pulas, merupakan tanda kebodohan dan kenekatan, bukan tawakal. Kepada keluarganya yang sembarangan dalam menjaga rumah, Nabi bersabda, “Kuncilah pintu rumahmu.”
Dalam memimpin berbagai pertempuran, Nabi Muhammad SAW tidak pernah telanjang dada atau membiarkan tubuhnya tanpa terlindung. Beliau selalu memegang perisai dan memakai baju besi. Ini menunjukkan bahwa meskipun tawakal kepada Allah, usaha dan perlindungan diri tetap harus dilakukan.