Jakarta – Belakangan ini, jagat maya dihebohkan dengan isu bahwa pewarna rambut bisa memicu penyakit autoimun. Autoimun merupakan kondisi dimana ketika sistem imun tubuh menyerang sel-sel sehat dalam tubuh.
Pada individu dengan gangguan autoimun, sistem kekebalan tubuh justru memproduksi antibodi yang menyerang sel dan jaringan sehat, bukannya melawan infeksi. Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai gejala, seperti nyeri sendi, kelelahan, sakit perut, diare, kabut otak, serta kerusakan jaringan dan saraf.
Menanggapi isu ini, Prof dr Iris Rengganis, SpPD-KAI, seorang pakar imunologi, menyatakan bahwa pewarna rambut memang bisa menjadi salah satu faktor pemicu autoimun.
Dalam sebuah jurnal yang diterbitkan oleh National Library of Medicine dengan judul ‘Hair dyes as a risk for autoimmunity: from systemic lupus erythematosus to primary biliary cirrhosis’, ditemukan bahwa pewarna rambut mengandung senyawa yang berperan dalam perkembangan beberapa penyakit autoimun, termasuk lupus eritematosus sistemik (SLE) dan sirosis bilier primer (PBC).
Meskipun hasil penelitian belum dapat disimpulkan secara pasti, ada indikasi bahwa produk pewarna rambut mengandung zat beracun yang dapat memicu penyakit autoimun seperti lupus. Beberapa bahan kimia berbahaya yang sering ditemukan dalam pewarna rambut antara lain amonia, peroksida, timbal asetat, toluena, dan P-phenylenediamine. Bahan-bahan ini dapat mengiritasi sistem pernapasan, mengganggu fungsi organ endokrin, dan menyebabkan neurotoksisitas.
Penelitian yang dilakukan pada hewan menunjukkan bahwa paparan pewarna rambut bisa meningkatkan respons peradangan dan aktivitas sel T. Namun, meskipun ada bukti yang menunjukkan bahwa pewarna rambut dapat memicu autoimun, peran pastinya dalam penelitian ini masih sulit untuk dipastikan.